Karma Orang Tua Dan Anak

Karma Orang Tua Dan Anak

 


Seorang mahasiswi menangis tersedu-sedu dihadapan dosen agama Buddha yang penuh kasih terhadapnya. Ia sedih, kecewa, dan agak tergoncang batinnya menghadapi kenyataan pahit yang harus diterimanya saat ini. Ia tidak menduga bahwa hubungan cinta yang telah dibinanya selama ini harus kandas di tengah jalan. Ia tidak menyangka bahwa calon mertuanya akan menolak dirinya sebagai menantu hanya karena ia mempunyai seorang ayah yang gemar berjudi dan mabuk-mabukan. Ia sedih karena calon mertuanya beranggpan bahwa jika orangtuanya berkelakuan tidak baik, maka anaknya pasti mempunyai kelakuan yang tidak baik pula. Ia kecewa karena ia merasa bahwa anggapan itu tidak berlaku terhadap dirinya. Dengan penuh kesabaran, dosen agama Buddha tadi memberikan nasihat-nasihat yang ternyata dapat menghibur mahasiswi tersebut.

Sesungguhnya karma orang-tua tidak menurun kepada anaknya karena setiap makhluk membawa karmanya masing-masing. Namun, memang ada persamaan karma antara orangtua dan anak sehingga mereka bisa berkumpul dalam satu keluarga. S etiap makhluk yang akan bertumimbal lahir harus mempunyai getaran karma yang sama dengan orang tuannya. Jadi, pada saat mahasiswi tadi bertumimbal lahir melalui kandungan ibunya, ia mempunyai getaran karma yang sama pula. Jika ia mempunyai ayah yang berkelakuan tidak baik, maka ini merupakan buah dari karma buruk yangpernah dilakukannya pada kehidupan yang lampau. Dengan demikian, ia tidak boleh membenci ayaknya. Ia tidak boleh menyalahkan ayahnya. Ia tidak boleh beranggapan bahwa ayahnyalah yang merupakan penyebab putushnya hubungan cointanya dengan teman kuliahnya itu.

Sesungguhnya, hubungan cintanya juga bisa putus diakibatkan oleh karma buruk lain yangpernah dilakulkannya pada kehidupan yang lampau.

Dalam kita suci Dhammapada Bab XXIII ayat 332, dikatakan:

“Berlaku baik terhadap ibu merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini; berlaku baik terhadap ayah juga merupakan kebahagiaan. Berlaku baik terhadap petapa merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini; berlaku baik terhadap para ariya (orang suci) juga merupakan kebahagiaan.”

Ayah dan ibu merupakan orang tua kita. Walau bagaimanapun buruknya sifat ayah dan ibu kita, mereka tetap orangtua kita. Sebagai anak, kita wajib menghormati dan menyayangi mereka. Jika mereka berkelakuan tidak baik, maka kita wajib berusaha untuk menyadarkan mereka agar kembali ke jalan yang benar. Memang ini bukan merupakan suatu tugas yang mudah, tetapi usaha kita lakukan dengan penuh pengorbanan pun tak akan sia sia.

Anak yang baik tidak akan menyalahkan orang lain bila ia menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Hendalnya ia menyadari bahwa penderitaan itu hanya datang kepada orang yang memang harus menerimanya. Ia akan menerima penderitaan itu dengan tabah walau tidakd apat dipungkiri bahwa pada saat itu pasti batinnya agak tergoncang.Namun, ia tidak akan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. Ia akan menyadariu bahwa tak ada gunanya menyesali peristiwa yang telah terjadi. Jika hubungan cinta itu memang harus kandas di tengah jalan, maka hal ini tidka perlu terlalu ditangisi. Masih ada kirannya pemuda lain yang lebih baik dari dia. Masih ada calon mertua yang dapat mengerti keadaannya dan mau menerimanya sebagai menantu. Masih banyak orang tua yang tidak berpandang picik seperti tersebut diatas. Dan masih banyak orang tua yang yakin bahwa menantunya merupakan orang yang bnaik walaupun orangtuan menantunya berkelakuan tidak baik.

Mahasiswi di atas merupakan gasid yang baik. Ia dapat menjadi baik berkat pendidikan agama yang diperolehnya di bangku sekolah. Ia tekun belajar agama Buddha. Ia rajin mendengarkan dan berdiskusi Dharma dengan tokon-tokoh Buddhis. Ia senantiasa berusaha melaksanakan Pancasila Buddhis dalam kehidupannya sehari-hari. Ia senang berbuat amal sesuai denga kemampuannya. Jika kelak ia berumah tangga, ia telah bertekad untuk menjadi seorang isteri yang setia dan puas hanya dengan seorang suami serta senantiasa menghormati ayah dan ibu mertuanya sebagai dewa dan dewi. Ia yang telah terbiasa hidup sederhana itu bertekad untuk tidak menjadi isteri yangmaterialistis. Sesungguhnya, pemuda yang dapat memperisterinya itu akan bahagia. Dengan demikian, nyatalah bahwa dari orangtua yang berkelakuan tidak baik mungkin saja muncul anak-anak yang berkelakuan baik.

Dalam Dhammapada Bab III ayat 43, dikatakan:

“Bukan seorang ibu, ayah, maupun sanak keluarga lain yang dapat melakukan; melainkan pikiran sendiri yang diarahkan dengan baik yang akan dapat mengangkat derajat seseorang.”

(Dikutip dari Majalah Dhamma Cakku No.13/Tahun X/1989)

 

Pencarian Populer :

  • gambar karma
  • nasehat Buddha
  • kata2 karma
  • gambar kata karma
  • dp bbm karma pasti berlaku
  • nasehat budha
  • dp bbm hukum karma
  • dp bbm anak durhaka
  • dp bbm kecewa pada orang tua
  • dp bbm kecewa sama orang tua
  • ###################
  • mengenai hubungan saudara kata mutiara
  • cara menghapus karma turunan
  • hubungan orang tua dan anak sesuai ajaran buddha
  • huhungan karma dg sakit pd manusia
  • cara menghilangkan karma karna kelakuan orangtua
  • hukum karma membentak orang tua
  • hukum karma orangtua
  • karma akibat durhaka pada orang tua dalam kitab dhammapada
  • karma anak kepada oramgtua
  • karma anak orang tua buddha
  • hubungan karma orang tua dengan anak
  • hubungan doa dan hukum karma
  • hindu karma orang tua mencaci anaknya
  • hal yang menyebabkan hukum karma jarang berlaku kepada orang tua
  • gambar tentang karma
  • Seorang ibu suka sumpah anaknya sendiri siapa dapat karma buddha
  • artikel buddha hubunag anak dengan orang tua
  • foto hubungan karma seseorang dengan orang lain buddha
  • cara menghadapi orang tua yang pilih kasih pada anak yang suka judi

Artikel yang Berhubungan

  • Tidak ada artikel lain

2 Comments for “Karma Orang Tua Dan Anak”

  1. […] dari Majalah Dhamma Cakku No.13/Tahun X/1989) Copy paste dari : artikelbuddhist.com/2011/07/karma-orang-tua-dan-anak Like this:SukaBe the first to like this […]

  2. Artikel nya bener banget.. Tidak ada yang namanya karma orang tua, anak nya yang harus menerima hasilnya.
    Terdapat beberapa faktor.

    Setuju, tetapi dalam keyakinan agama lain beranggapan bahwa perilaku orang tua, anak nya yang harus menerima hasil nya.

Leave a Reply

Artikel yang Berhubungan

Facebook Update

Photo Gallery

Log in | Designed by Gabfire themes