Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha
Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi ke, menuju, atau datang, kepada suatu tujuan, yang dalam hal ini yaitu untuk menemukan suatu kebenaran.
Adapun penjelasan maknanya di antaranya sebagai berikut:
1. Dari kehidupan tanpa arah, tanpa pedoman, kita datang mencari pegangan hidup yang benar, untuk menuju kehidupan yang sejahtera dan kebahagiaan yang tertinggi.
2. Dari biasa melakukan perbuatan rendah di masa lalu, kita beralih menuju hakekat ketuhanan, yaitu melakukan perbuatan benar yang sesuai dengan hakekat ketuhanan tersebut, sehingga kita bisa hidup sejahtera dan bahagia.
3. Dari kehidupan tanpa mengetahui hukum kesunyataan (hukum kebenaran mutlak), dari kegelapan batin, kita berusaha menemukan sampai mendapat atau sampai mengetahui dan mengerti suatu hukum kebenaran yang belum kita ketahui, yaitu hukum kesunyataan yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa timbulnya agama di dunia ini adalah untuk menghindari terjadinya kekacauan, pandangan hidup yang salah, dsb, yang terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda; guna mendapatkan suatu kehidupan yang sejahtera dan kebahagiaan tertinggi.
Memang, setiap orang di dunia ini pasti menginginkan adanya kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya. Inilah alasan mengapa orang mau mencari jalan yang benar, yang dapat membawa mereka kepada suatu tujuan, yaitu suatu kebahagiaan mutlak terbebas dari semua bentuk penderitaan. Semua agama di dunia ini muncul karena adanya alasan ini.
Agama Buddha biasanya lebih dikenal dengan sebutan Buddha Dhamma. Seluruh ajaran Sang Buddha merupakan ajaran yang membahas tentang hukum kebenaran mutlak, yang disebut Dhamma.
Dhamma adalah kata dalam bahasa Pali. Dhamma artinya kesunyataan mutlak, kebenaran mutlak atau hukum abadi. Dhamma tidak hanya terdapat di dalam hati sanubari atau di dalam pikiran manusia saja, tetapi juga terdapat di seluruh alam semesta.
Seluruh alam semesta juga merupakan Dhamma. Jika bulan timbul atau tenggelam, hujan turun, tanaman tumbuh, musim berubah, dan sebagainya, hal ini tidak lain juga merupakan Dhamma;
juga yang membuat segala sesuatu bergerak, yaitu sebagai yang dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu fisika, kimia, biologi, astronomi, psikologi, dan sebagainya, adalah juga merupakan Dhamma.
dari yang tidak berkondisi, yang tidak bisa dijabarkan secara kata-kata, yang merupakan tujuan akhir kita semua.
Jadi sifat Dhamma adalah mutlak, abadi, tidak bisa di-tawar-tawar lagi. Ada Buddha atau tidak ada Buddha, hukum abadi (Dhamma) ini akan tetap ada sepanjang zaman.
Di dalam Dhammaniyama sutta, Sang Buddha bersabda demikian:
“O, para bhikkhu, apakah para Tathagatha muncul di dunia atau tidak, terdapat hukum yang tetap dari segala sesuatu (Dhamma), terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu. …”.
Buddha, adalah merupakan suatu sebutan atau gelar dari suatu keadaan batin yang sempurna. Buddha bukanlah nama diri yg dimiliki oleh seseorang, Buddha berarti yang sadar, yang telah mencapai penerangan sempurna, atau yang telah merealisasi kebebasan agung dengan kekuatan sendiri.
Buddha Dhamma memberikan kepada penganutnya suatu pandangan tentang hukum abadi, yaitu hukum alam semesta yang berkondisi dan yang tidak berkondisi.
Hal tersebut semuanya juga berarti menunjukkan bahwa selain ada kehidupan keduniaan yang fana ini, yang masih berkondisi, atau yang masih belum terbebas dari bentuk-bentuk penderitaan; ada pula suatu kehidupan yang lebih tinggi, yang membangun kekuatan-kekuatan batin yang baik dan benar, untuk diarahkan pada tujuan luhur dan suci.
Dengan mengerti tentang hukum kebenaran ini, atau dapat pula dikatakan, bila manusia sudah berada di dalam Dhamma, maka ia akan dapat membebaskan dirinya dari semua bentuk penderitaan atau akan dapat merealisasi Nibbana, yang merupakan terhentinya semua derita.
Perkembangan batin ini hanya dapat terjadi dengan jalan berbuat kebajikan, mengendalikan pikiran, dan mengembangkan kebijaksanaan, sehingga dapat mengikis semua kekotoran batin, dan tercapailah tujuan akhir.
Sehingga dalam hal membebaskan diri dari semua bentuk penderitaan, untuk mencapai kebahagiaan yg mutlak, maka kita sendirilah yang harus berusaha.
Di dalam Dhammapada ayat 276, Sang Buddha sendiri bersabda demikian :
“Engkau sendirilah yang harus berusaha,
para Tathagata hanya menunjukkan jalan.”
Setelah kita dapat mengerti atau memahami apa arti Buddha Dhamma, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tadi, maka kita sudah dapat mengetahui bahwa tujuan hidup umat Buddha adalah tercapainya suatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang masih bersifat keduniawian
(yang masih berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan sementara saja; maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah tidak berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir, dan merupakan sasaran utama dalam belajar Buddha Dhamma.
Banyak orang yang masih memiliki salah pengertian mengatakan bahwa,Agama Buddha (Buddha Dhamma) hanya menaruh perhatian kepada cita-cita yang luhur, moral tinggi, dan pikiran yang mengandung filsafat tinggi saja, dengan mengabaikan kesejahteraan kehidupan duniawi
dari umat manusia.
Padahal, Sang Buddha di dalam ajaran-Nya, juga menaruh perhatian besar terhadap kesejahteraan kehidupan duniawi dari umat manusia, yang merupakan kebahagiaan yang masih berkondisi.
yaitu terealisasinya Nibbana.
Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesuksesan dalam kehidupan duniawi adalah merupakan suatu penghalang bagi tercapainya kebahagiaan akhir yang mengatasi keduniaan.
Sesungguhnya yg menghalangi perealisasian Nibbana, bukanlah kesuksesan atau kesejahteraan kehidupan duniawi tersebut, tetapi kehausan dan keterikatan batin kepadanya itulah, yang merupakan halangan untuk terealisasinya Nibbana.
Di dalam Vyagghapajja sutta, seorang yang bernama Dighajanu, salah seorang suku Koliya, datang menghadap Sang Buddha. Setelah memberi hormat, lalu ia duduk di samping beliau dan
kemudian berkata:
“Bhante, kami adalah upasaka yang masih menyenangi kehidupan duniawi, hidup berkeluarga, mempunyai isteri dan anak. Kepada mereka yang seperti kami ini, Bhante, ajarkanlah suatu ajaran (Dhamma) yang berguna untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi dalam kehidupan sekarang ini,
dan juga kebahagiaan yang akan datang.”
1. Utthanasampada: rajin dan bersemangat dalam mengerjakan apa saja, harus terampil dan produktif; mengerti dengan baik dan benar terhadap pekerjaannya, serta mampu mengelola pekerjaannya secara tuntas.
2. Arakkhasampada: ia harus pandai menjaga penghasilannya, yang diperolehnya dengan cara halal, yang merupakan jerih payahnya sendiri.
3. Kalyanamitta: mencari pergaulan yang baik, memiliki sahabat yang baik, yang terpelajar, bermoral, yang dapat membantunya ke jalan yang benar, yaitu yang jauh dari kejahatan.
4. Samajivikata: harus dapat hidup sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Artinya bisa menempuh cara hidup yang sesuai dan seimbang dengan penghasilan yang diperolehnya, tidak boros, tetapi juga tidak pelit / kikir.
menyenangkan dan kebahagiaan terbebas dari yang berkondisi, ada empat persyaratan pula yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Saddhasampada: harus mempunyai keyakinan, yaitu keyakinan terhadap nilai-nilai luhur. Keyakinan ini harus berdasarkan pengertian, sehingga dengan demikian diharapkan untuk menyelidiki, menguji dan mempraktikkan apa yang dia yakini tersebut.
“Seseorang … yang memiliki pengertian, mendasarkan keyakinannya sesuai dengan pengertian.”
Saddha (keyakinan) sangat penting untuk membantu seseorang dalam melaksanakan ajaran dari apa yang dihayatinya; juga berdasarkan keyakinan ini, maka tekadnya akan muncul dan berkembang.
Kekuatan tekad tersebut akan mengembangkan semangat dan usaha untuk mencapai tujuan.
Sila bukan merupakan suatu peraturan larangan, tetapi merupakan ajaran kemoralan yang bertujuan agar umat Buddha menyadari adanya akibat baik dari hasil pelaksanaannya, dan akibat buruk bila tidak melaksanakannya. Dengan demikian, berarti dalam hal ini, seseorang bertanggung jawab penuh terhadap setiap perbuatannya.
Pelaksanaan sila berhubungan erat dengan melatih perbuatan melalui ucapan dan badan jasmani. Sila ini dapat diintisarikan menjadi ‘hiri’ (malu berbuat jahat / salah) dan ‘ottappa’ (takut akan akibat
perbuatan jahat / salah).
Bagi seseorang yang melaksanakan sila, berarti ia telah membuat dirinya maupun orang lain merasa aman, tentram, dan damai. Keadaan aman, tenteram dan damai merupakan kondisi yang tepat untuk membina, mengembangkan & meningkatkan kemajuan serta kesejahteraan masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terealisasinya Nibbana.
Untuk mengembangkan caga dalam batin, seseorang harus sering melatih mengembangkan kasih sayang dengan menyatakan dalam batinnya (merenungkan) sebagai berikut:
“Semoga semua mahluk berbahagia, bebas dari penderitaan, kebencian, kesakitan, dan kesukaran. Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri.”
4. Panna: harus melatih mengembangkan kebijaksanaan, yang akan membawa ke arah terhentinya dukkha (Nibbana).
Kebijaksanaan di sini artinya dapat memahami timbul dan padamnya segala sesuatu yang berkondisi; atau pandangan terang yang bersih dan benar terhadap segala sesuatu yang berkondisi, yang membawa ke arah terhentinya penderitaan.
Panna berkaitan erat dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Singkatnya ia mengetahui dan mengerti tentang: masalah yang dihadapi, timbulnya penyebab masalah itu, masalah itu dapat dipadamkan / diatasi dan cara atau metode untuk memadamkan penyebab masalah itu.
Itulah uraian dari Vyagghapajja sutta yang ada hubungannya dengan kesuksesan dalam kehidupan duniawi yang berkenaan dengan tujuan hidup umat Buddha.
Sutta lain yang juga membahas tentang kesuksesan dalam kehidupan duniawi ini, bisa kita lihat pula dalam Anguttara Nikaya II 65, di mana Sang Buddha menyatakan beberapa keinginan yang wajar
dari manusia biasa (yang hidup berumah tangga), yaitu:
2. Semoga saya beserta keluarga dan kawan-kawan, dapat mencapai kedudukan social yang tinggi.
3. Semoga saya selalu berhati-hati di dalam kehidupan ini, sehingga saya dapat berusia panjang.
4. Apabila kehidupan dalam dunia ini telah berakhir, semoga saya dapat terlahirkan kembali di alam kebahagiaan (surga).
Keempat keinginan wajar ini, merupakan tujuan hidup manusia yang masih diliputi oleh kehidupan duniawi; dan bagaimana caranya agar keinginan-keinginan ini dapat dicapai, penjelasannya adalah sama dengan uraian yang dijelaskan di dalam Vyagghapajja sutta tadi.
Jadi, jelaslah sekarang bahwa Sang Buddha di dalam ajaran Beliau, sama sekali tidak menentang terhadap kemajuan atau kesuksesan dalam kehidupan duniawi.
Sebab seperti yang dijelaskan tadi, yaitu bahwa tujuan hidup umat Buddha, bukan hanya mencapai kebahagiaan di dalam kehidupan duniawi (kebahagiaan yang masih berkondisi saja), tetapi juga bisa merealisasi kebahagiaan yang tidak berkondisi, yaitu terbebas total dari dukkha, terealisasinya Nibbana.
Maka meskipun menganjurkan kemajuan material dalam rangka kesejahteraan dalam kehidupan duniawi, Sang Buddha juga selalu menekankan pentingnya perkembangan watak, moral, dan spiritual, untuk menghasilkan suatu masyarakat yang bahagia, aman, dan sejahtera secara lahir maupun batin; dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terbebas dari dukkha atau terealisasinya Nibbana.
Pencarian Populer :
- pengertian agama buddha
- pengertian agama budha
- Tujuan Agama buddha
- tujuan agama budha
- tujuan hidup menurut agama buddha
- pengertian agama menurut agama buddha
- tujuan ajaran buddha adalah agar manusia dapat mencapai
- tentang agama buddha
- tujuan agama buddha agar manusia dapat mencapai
- tentang agama budha
- konsep agama buddha
- apa itu agama buddha
- tujuan akhir agama buddha
- tujuan hidup umat buddha
- arti agama buddha
- tujuan hidup agama buddha
- arti kehidupan dalam agama buddha
- tujuan hidup dalam agama buddha
- makna agama buddha
- doa menurut agama buddha
- penjelasan tentang agama buddha
- definisi umat buddha
- makna budha
- arti buddha
- konsep agama budha
- lambang-lambang dalam agama buddha
- tujuan akhir umat buddha
- tujuan hidup agama budha
- konsep hidup dalam agama buddha
- yhsm-plushome_001
Selamat sore, saya beragama Kristen namun nenek buyut saya beragama Buddha. Saya ingin belajar banyak tentang agama Buddha namun tidak tau harus mulai dari mana. Terima kasih.
Bisa dimulai dari sini http://dhammacitta.org/
Namo Budhaya,
bisa datang ke kebaktian agama Buddha,
vihara tempat saya belajar dhamma di vihara Siripada.
http://www.siripada.org
Jalan Kompleks Villa Melati Mas Blok B10 No. 54, Serpong, Banten 15323
(021) 5386879
setiap hari jumat 19:30.
Hi Priskila, Anda bisa mengunjungi vihara terdekat. Biasanya sekitaran jam 6-7 malam, ada kebaktian. Disanalah biasaya banyak bhikkhu2. Semoga mereka bisa mambantu anda..
Intisari dari ajaran agama Buddha adalah :
janganlah berbuat kejahatan
perbanyaklah berbuat kebaikan
sucikan hati dan pikiran
inilah ajaran semua Buddha
Umat Buddha menghormat kepada Tiratana (tiga mustika) yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha(Persaudaraan Bhikkhu/Bhikshu).
Garis besar yg diajarkan Sang Buddha sejauh yang saya pahami adalah :
tiga corak umum(Tilakkhana)
4 kebenaran mulia (Catur Ariya Saccani)
28 faktor hukum sebab akibat
hukum sebab musabab yg saling bergantungan (Paticcasamuppada)
Jalan mulia berunsur delapan
Seorang Umat Buddha wajib melaksanakan Pancasila Buddhis (5 peraturan moral) yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat ausila, tidak berbohong, dan tidak makan atau minum yg memabukkan(mengurangi konsentrasi.
Seorang yg ingin mengikuti ajaran Buddha Dhamma, biasanya mengucap Tisarana (tiga perlindungan) yaitu berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Kitab suci agama Buddha adalah Tipitaka(terdiri dari 33 keranjang)
yaitu Sutta pitaka, Vinaya pitaka, dan Abhidhamma pitaka.
salah satu website yg berisi tentang Tipitaka yg saya tau adalah www. samaggi-phala.or.id
Hari raya agama Buddha dalam 1 tahun ada 4 yaitu Magha Puja, Waisak, Asadha, dan Kathina.
lambang agama Buddha biasanya Buddha Rupang, Dhammacakka(roda Dhamma), stupa, bendera Buddhis terdiri dari 5 warna(Biru, kuning, merah, putih, dan jingga)ada artinya masing2.
Tujuan agama Buddha adalah mengakhiri penderitaan, bisa sementara (terlahir di alam Surga)ataupun selama lamanya(mencapai Nibbana).
tingkatan pencapaian tingkat kesucian ada 4 yaitu Sotapanna, Sakadagami, Anagami, dan Arahat.
umat Buddha ada 2 jenis yaitu :
yg masih berumah tangga/masih terikat keduniawian(umat awam)
yg meninggalkan kehidupan duniawi tidak berumah tangga (para Bhikkhu Sangha)
Jadi intinya untuk meningkatkan kualitas bathin spiritual kita dilakukan dengan :
Berdana(melepas/ memberi),
melaksanakan Pancasila Buddhis(5 peraturan moral), dan
Samadhi(bermeditasi untuk mencapai ketenangan bathin, pandangan terang dan kebijaksanaan)
menurut ajaran Sang Buddha ada 31 alam kehidupan
Mohon maaf kalau terdapat kesalahan informasi, karena saya sendiri masih banyak belajar tentang Buddha Dhamma, mohon diluruskan kalo ada kesalahan.
Semoga info ini bermanfaat bagi Sdr. Priskila Wang.
Diantara semua dana, Dhamma dana adalah yang tertinggi
Sabbe satta bhavanthu sukkhitata, semoga semua makhluk hidup berbahagia
Sadhu, sadhu, sadhu.. Namo Buddhaya
edit comment diatas “33 keranjang” seharusnya “3 keranjang”
Terima kasih
Namo Buddhaya
Coba mulai dari tuhan dalam agama buddha di wikipedia
Namo budhaya
Saya shinta,saya ingin bertanya ada berapa kelompok/golongan sila masyarakat buddhia,dan berikan contoh dan sila nya
Namo Buddhaya Shinta
terima kasih atas comment nya
untuk aturan moral sila umat perumah tangga adalah sebagai berikut
Pancasila Buddhis isinya sebagai berikut:
Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan.
Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila.
Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar /berbohong, berdusta, fitnah, omongkosong.
Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan.
Dalam bahasa Pali, sila-sila ini adalah sebagai berikut:
P?n?tip?t? veramani sikkhapadam sam?diy?mi
Adinn?d?n? veramani sikkhapadam sam?diy?mi
K?mesu micch?c?ra veramani sikkhapadam sam?diy?mi
Mus?v?da veramani sikkhapadam sam?diy?mi
dapat dibaca selengkapnya di
http://artikelbuddhist.com/2011/05/lima-dasar-moral-umat-buddha.html
umat buddha pada hari2 tertentu jg mengambil 8 sila yaitu
Apa itu Uposatha?
Hari Uposatha adalah setiap tanggal 1, 8, 15 dan 23 menurut penanggalan lunar (bulan)
Apa itu 8 Sila?
8 Sila / Atthasila:
1. Bertekad melatih diri untuk menghindari menyakiti dan membunuh mahluk hidup apapun juga.
2. Bertekad melatih diri untuk menghindari mengambil barang yg tidak diberikan / diijinkan (mencuri).
3. Bertekad melatih diri untuk menghindari hubungan seksual.
4. Bertekad melatih diri untuk menghindari ucapan / kata-kata tidak benar, yg kasar, memfitnah dan menyakiti mahluk lain (berbohong).
5. Bertekad melatih diri untuk menghindari segala minuman keras (serta bahan-bahan lainnya) yg dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
6. Bertekad melatih diri untuk menghindari makan makanan lewat tengah hari.
7. Bertekad melatih diri untuk menghindari menari, menyanyi, bermain musik, melihat permainan / pertunjukan, tidak memakai bunga-bungaan, wangi-wangian dan alat kosmetik yg lain untuk tujuan menghias / mempercantik diri.
8. Bertekad melatih diri untuk menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yg tinggi, besar dan mewah.
semoga bermanfaat